. Mengenang Tragedi Minamata, saat aktivitas perekonomian mengabaikan faktor lingkungan Yang wajib Kita Baca - Artikel Pendidikan Ekonomi

Mengenang Tragedi Minamata, saat aktivitas perekonomian mengabaikan faktor lingkungan Yang wajib Kita Baca


inti Fundamental dari materi X, bila setiap warga negeri wajib mempunyai kemampuan pemahaman seputar materi ekonomi, hal ini dikarenakan dengan kemajuan ekonomi di rumahtangga, masyarakat dan negara itu sendiri, maka belajar ekonomi memang wajib di galakkan sejak dini, sejak masih mengenal bangku pendidikan. wajib dicatat bahwa gaji lulusan ekonomi termasuk yang tertinggi dari disiplin apapun. Penelitian yang berbeda cenderung menemukan nilai gaji lulusan ekonomi cukup dibayar dengan bagus. Ini mengajarkan kita bagaimana Tips membuat pilihan, yang sangat penting dalam bisnis.


Mengenang Tragedi Minamata, saat aktivitas perekonomian mengabaikan faktor lingkungan


Disamping pesatnya perkembangan teknologi dan industrialisasi di Jepang, negara ini mempunyai pengalaman pahit menyangkut dampak industrialiasasi terhadap lingkungan. Salah satu tragedi parah terkait dengan hal tersebut yaitu peristiwa yang terjadi di wilayah Minamata dan sekitarnya, yang dikenal dengan istilah Minamata Disease, di era 1950’an. di tulisan ini kita akan belajar mengenai tragedi Minamata, sebagai Citra dari aktivitas ekonomi yang mengabaikan lingkungan hidup.

Mengenang Tragedi Minamata, saat aktivitas perekonomian mengabaikan faktor lingkungan
Kota Minamata berada di Perfektur Kumamoto, berbatasan dengan Perfektur Kagoshima, Pulau Kyushu, Jepang bagian selatan. dengan cara geografis, daerah ini dikelilingi oleh gugusan pegunungan dan Bahari. Selain itu, Minamata sangat kaya akan hasil Bahari seperti ikan, kerang, rumput Bahari, dan biota Bahari lain.

Setelah berakhirnya Perang Dunia ke-2, Jepang mulai memasuki era industrialisasi baru, dimana terdapat banyak industri yang memakai bahan kimia merkuri (mercury) sebagai instrumen dalam proses produksi, utamanya untuk produk botol, cangkir dan piring, filter rokok, serta serat sintetis. Merkuri sendiri dimanfaatkan sebagai katalis untuk memproduksi acetaldehyde, yang merupakan bahan baku dalam industri plastik.

Dalam prosesnya, reaksi antara merkuri dengan zat kimia lain yang digunakan dalam produksi menghasilkan residu yang dinamakan methyl mercury (CH3Hg+) yang sangat berbahaya dan beracun. Zat inilah yang dikemudian hari diketahui mencemari perairan Minamata (Minamata Bay).

Menurut studi, methyl mercury merupakan logam yang berbentuk cair di suhu ruang. Zat ini juga dikenal dengan sebutan quicksilver. Dinyatakan pula bahwa hampir semua unsur dalam zat ini beracun. Methyl mercury biasanya digunakan untuk bahan baku lampu penerangan, baterai, dan cat lateks. Kekuatan racun yang terkandung dalam zat ini mampu mempengaruhi kinerja otak dan sistem syaraf. Adapun gejala-gejala keracunan methyl mercury antara lain berupa kebutaan, gerakan anggota tubuh yang tak terkoordinasi, pertumbuhan badan yang tidak sempurna, fungsi mental yang terganggu, kerusakan paru-paru, serta pengecilan ukuran kepala (www.medlineplus.gov, Methylmercury poisoning, September 10, 2017).

Lebih lanjut, Endemi Minamata awalnya terdeteksi di 1956, setelah itu diikuti dengan pernyataan resmi pemerintah Jepang di 1968 yang menyebutkan keterlibatan suatu perusahaan yang bernama Chisso Co., Ltd. Perusahaan ini merupakan perusahaan listrik tenaga air yang mulai beroperasi di 1908 dan setelah itu mengembangkan usahanya dibidang industri kimia dan pupuk kimiawi.

di penyelidikan awal diketahui adanya masalah yang dialami penduduk setempat yang terkena dampak racun, seperti rasa kebas di tangan dan kaki (numbness), kelelahan berat, dengung di telinga, Sudut Pandang mata yang kabur, serta gerakan tubuh yang tidak normal. Adapun dampak lanjutannya, para korban menjadi hilang ingatan (insane), hilang kesadaran, hingga meninggal dunia dalam beberapa waktu sejak terkena paparan racun (Minamata Disease Municipal Museum, Ten Things to Know abaut Minamata Disease, 1994).

Dari situ terungkap bahwa masyarakat yang menjalani keracunan tersebut sebelumnya mengkonsumsi ikan, kerang, dan hasil Bahari dari perairan Minamata Bay yang tercemar methyl mercury.

Menurut catatan, tak kurang dari 17,000 warga dari dua perfektur, Kumamoto dan Kagoshima, diperkirakan terkena dampak racun, serta lebih dari 2,0 orang yang dinyatakan positif menderita penyakit karena paparan methyl mercury dalam tubuh mereka. Sedangkan korban yang meninggal mencapai lebih dari 1,400 orang.

Sementara dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, dari 1950’an hingga 1960’an, ditemukan juga zat berbahaya yang Sesuai dengan methyl mercury di Perfektur Niigata (wilayah utara Jepang, di Pulau Honshu), tepatnya di sungai Agano karena aktivitas perusahaan Showa Denko Co.

Penyakit yang muncul karena paparan zat beracun tersebut mengharuskan para pasien menjalankan Investigasi dengan cara rutin. Mengingat Imbas yang dialami para penderita berlangsung hingga bertahun-tahun, maka seiring usia yang menua, mereka mesti menjalani perawatan dengan cara lebih intensif. Bisa dikatakan bahwa para penderita tidak Bisa sembuh total dari dampak negatif methyl mercury.

Selain itu muncul ketakutan diantara masyarakat setempat akan kemungkinan penularan penyakit, sehingga membuat hubungan sosial menjadi renggang. Mereka yang menjadi penderita menjalani perlakuan diskriminatif karena ketidaktahuan mengenai penyakit yang melanda wilayah tersebut. Alhasil banyak pasien yang semakin terasing dari warga lain dan membuat mereka tidak mengaku sebagai korban terdampak penyakit Minamata.

Adapun Chisso Co., Ltd diharuskan membayar kompensasi atas kerusakan lingkungan, kerugian yang dialami masyarakat, serta biaya pengobatan untuk para penderita. Lebih dari US$ 86 juta dikeluarkan sebagai biaya kompensasi kepada masyarakat, belum termasuk biaya pembersihan Minamata Bay dari kontaminasi methyl mercury.

Dibutuhkan waktu lebih dari 20 tahun hingga akhirnya permerintah menyatakan Minamata Bay bersih dari polutan beracun, tepatnya di 29 Juli 1997 melalui suatu deklarasi, Minamata Bay Safety Declaration, ditandai dengan Divestasi jaring yang telah dipasang sebagai alat pengaman area perairan dari partikel beracun yang kemungkinan masih ada (Minamata City Planning Division, Minamata Disease: Its History in addition to also Lessons, 2007).

bila dirangkum dengan singkat, berikut dampak pencemaran lingkungan oleh zat methyl mercury yang menimpa kota Minamata dan sekitarnya:
  • masalah kesehatan yang dialami penderita, bagus manusia ataupun Fauna peliharaan.
  • kerusakan lingkungan beserta ekosistem yang hidup didalamnya, terutama di perairan Minamata Bay, yang berlangsung dalam jangka panjang.
  • konflik dalam masyarakat, termasuk perlakuan diskriminatif kepada para korban, yang dilandasi rasa cemas apabila penyakit tersebut menular.

Sebagai simpulan, tragedi Minamata merupakan salah satu Citra nyata saat pembangunan perekonomian dilakukan dengan mengabaikan lingkungan hidup. **
Artikel Ekonomi :
Belajar dari Pengelolaan Sampah di Jepang
Saat Pencemaran Udara Mempengaruhi Kehidupan Manusia
Ongkos Kebakaran Hutan dan Tanah
Faktor Lingkungan Dalam Perekonomian
logo
Berbagi Ilmu Itu Indah.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Subscribe Our Newsletter

    Related Posts

    Buka Komentar
    Tutup Komentar

    Belum ada Komentar untuk "Mengenang Tragedi Minamata, saat aktivitas perekonomian mengabaikan faktor lingkungan Yang wajib Kita Baca"

    Posting Komentar

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel