Perkembangan Industri di Korea Selatan Yang wajib Kita Ketahui
inti mendasar seputar materi Perkembangan Industri di Korea Selatan, bahwa setiap masyarakat negeri wajib mempunyai kepahaman seputar pembahasan ekonomi, hal ini erat kaitannya dengan kemajuan ekonomi di rumahtangga, masyarakat dan negara itu sendiri, maka belajar ekonomi memang wajib di galakkan sejak dini, sejak masih mengenal bangku pendidikan. Misalnya, karir paling populer yang Bisa dikejar kebanyakan dengan gelar ekonomi. Ekonomi mengajarkan bagaimana membuat keputusan yang tepat. Ini mengajarkan kita bagaimana Tutorial membuat pilihan, yang sangat penting dalam bisnis.
Perkembangan Industri di Korea Selatan
Setelah sebelumnya membahas mengenai perekonomian Korea Selatan dengan cara umum, kini kita akan mengupas lebih detil mengenai perkembangan sektor perindustrian Korea Selatan yang menurut banyak studi dikategorikan sebagai suatu pencapaian yang fenomenal.
Industri di Korea Selatan dengan cara umum berorientasi di pasar ekspor. Konsep internasionalisasi industri ini memang menjadi visi pemerintah Korea Selatan dalam upaya menjadikan negara tersebut sebagai penguasa pangsa pasar di sektor perindustrian berskala global.
Salah satu upaya pemerintah Korea Selatan dalam memacu peningkatan sektor perindustrian yaitu dengan memperkenalkan konsep universitas riset (research universities) beserta pusat penelitian (research center) yang dengan cara aktif menjalankan penelitian-penelitian. Salah satu contohnya yaitu Korea Technology Transfer Center (KTTC) yang didirikan di 2000.
Angka statistik menunjukkan bahwa perkembangan teknologi Korea Selatan, yang ditunjang dengan strategi, transfer teknologi, dan komersialisasi teknologi telah menjalani perkembangan yang sangat pesat. Hal ini cukup beralasan, sebab pemerintah Korea Selatan menyediakan dana dalam jumlah besar untuk investasi di riset dan pengembangan (research as well as development/R&D).
di 2004 aja, pemerintah Korea Selatan menggelontorkan dana sebear US$ 22 miliar untuk pengembangan teknologi. Hasilnya yaitu: Korea Selatan mempunyai lebih dari 300 ribu ilmuwan berpengaruh dalam sektor perindustrian. Selain itu, hasil riset-riset tersebut juga diterapkan oleh industri-industri besar Korea Selatan (Chaebol) yang beberapa diantaranya menguasai pangsa pasar dunia (Young Roak Kim, Technology Commercialization in Republic of Korea, 2001).
Menilik kebelakang, sejarah awal perkembangan perindustrian di Korea Selatan dimulai di era 1950 dan awal-awal 1960’an, dimana di saat itu industri-industri lebih terkonsentrasi di product industri manufaktur sederhana yang strateginya meniru product yang sudah ada di pasaran, namun menawarkan harga yang lebih terjangkau.
setelah itu di era 1960 hingga awal 1970’an, pemerintah Korea Selatan mulai mengembangkan industri-industri baru yang lebih modern, yakni dengan menggarap pasar ekspor dengan cara terbatas. Hal ini diikuti dengan reformasi kebijakan ekonomi dan perindustrian melalui instrumen fiskal dan moneter, antara lain dengan membagikan subsidi pajak, menyalurkan kredit dengan suku bunga yang terjangkau, serta Anggaran-Anggaran pendukung lainnya.
Era 1970’an ditandai dengan didirikannya industri-industri berat, seperti peralatan pertahanan dan keamanan, industri baja dan perkapalan, serta industri otomotif. Selain itu, untuk menyaingi Jepang dalam sektor perindustrian, pemerintah Korea Selatan membangun infrastruktrur yang lebih teratur dan terhubung diberbagai lini.
Pemerintah Korea Selatan juga membagikan insentif di kelompok industri besar supaya Bisa berkembang dengan lebih cepat. Di era ini mulai terlihat kemajuan-kemajuan industri besar Korea Selatan, yang dikemudian hari bertransformasi menjadi perusahaan multinasional yang diperhitungkan oleh para pesaing.
setelah itu era riset dan pengembangan (R&D) sendiri baru mulai muncul diawal-awal 1980 hingga 1990’an, dimana industri-industri terus menjalani kemajuan, dan di akhirnya menjelma menjadi raksasa-raksasa yang menguasai berbagai lini usaha di pasar internasional.
Akan akan tetapi, terjadinya krisis moneter dipertengahan 1997 membuat kondisi perekonomian Korea Selatan terpuruk, sehingga banyak perusahaan besar menghadapi kekurangan likuiditas dan akhirnya menjalani kebangkrutan. Era ini merupakan era kelam dalam sejarah perekonomian modern, Sebab krisis tersebut bukan hanya menimpa Korea Selatan, namun juga banyak negara lain di kawasan Asia, seperti Malaysia, Thailand, dan Indonesia.
Setelah menjalankan berbagai restrukturisasi utang dan meminta bantuan di the International Monetary Fund (IMF), Korea Selatan mampu menjalankan recovery kondisi perekonomian dalam negeri. Meskipun masih menyisakan banyak persoalan, terutama meningkatnya angka pengangguran, pemerintah Korea Selatan sukses keluar dari krisis yang mendera negeri itu dalam waktu relatif singkat.
Sementara di era 2000’an, sektor industri Korea Selatan menjalani kebangkitan, disusul setelah itu dengan keberhasilan pemerintah Korea Selatan melunasi pinjamannya di IMF. Kemampuan Korea Selatan mengatasi krisis ini mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari kalangan internasional.
Hingga kini, banyak industri Korea Selatan telah menguasai pasar global, contohnya industri peralatan elektronika (televisi, lemari pendingin), industri telekomunikasi (smartphones, tablets), industri otomotif, dan industri besar lainnya. Merk-merk terkenal dari industri-industri tersebut tentunya akrab di telinga kita, antara lain: Samsung, LG Electronics, Hyundai, Daewoo, serta KIA.
Sebagai Epilog, meskipun dalam sejarah perkembangannya, industri-industri di Korea Selatan sempat menjalani keterpurukan karena krisis ekonomi serta menyisakan persoalan domestik berupa peningkatan angka pengangguran, namun patut dicatat bahwa negeri ini telah sukses membangun sektor perindustrian hingga mampu menjadi pemenang dalam pasar persaingan global. **
UPDATE ARTIKEL ( Minggu, 13 Agustus 2017):
di perkembangan terkini, industri-industri di Korea Selatan menghadapi persaingan serius dengan China. Dalam berbagai aspek, China mampu menjalankan inovasi-inovasi, bagus dalam proses produksi ataupun di produk-produk teknologi dan industri yang dijual di pasar. Dengan Perkataan lain, melalui efisiensi, China menawarkan produk-produk dengan harga yang lebih kompetitif di pasar dunia.
Seperti yang diungkapkan oleh the Korea Institute for Industrial Economics as well as Trade (KIET), dari beberapa industri yang ada, misalnya industri otomotif, perkapalan, besi dan baja, telekomunikasi, semikonduktor, hingga perlengkapan rumahtangga, kualitas produk-produk China mampu menyamai, bahkan lebih unggul daripada produk-produk buatan Korea Selatan; dengan harga jual yang lebih kompetitif (english.hani.co.kr, South Korea’s leading industries feeling the heat of competition by China, July 01, 2018).
Namun demikian KIET memperkirakan bahwa industri makanan dan minuman, informasi dan komunikasi, serta tekstil akan sanggup bersaing dengan lebih unggul di 2017. Selain itu teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT) yang dikembangkan Korea Selatan akan menjadi revolusi mutakhir yang permintaannya semakin meningkat di pasar global. Sebagai informasi, Artificial Intelligence mengacu di teknologi dimana komputer digital dan/atau mesin yang dikendalikan oleh komputer mampu mengerjakan tugas-tugas yang memerlukan kecerdasan tertentu (www.britannica.com); sedangkan Internet of Things yaitu konsep dalam teknologi-komputerisasi, dimana objek-objek tertentu Bisa terkoneksi melalui internet dan berkomunikasi satu dengan yang lain (dictionary.cambridge.org).
Disisi lain, kebijakan proteksionisme yang diterapkan Amerika Serikat disinyalir akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan penjualan produk-produk Korea Selatan di Amerika Serikat; hal ini terjadi Sebab harga produk impor yang masuk ke Amerika Serikat dikenai bea masuk yang lebih tinggi, sehingga akan kesulitan untuk bersaing dengan produk-produk lokal (www.businesskorea.co.kr, Industry Outlook For 2017, External Uncertainties Offset Positive Sides for S. Korean Major Industries, August 12, 2017).
Beberapa hal tersebut diatas akan menjadi tantangan untuk sektor perindustrian Korea Selatan di 2017 dan masa-masa berikutnya. ***
Artikel Ekonomi :
Pendekatan Budaya Modern dalam Menguasai Dunia: fenomena Korean Wave
Perekonomian Korea Selatan: antara Data dan Realita
Mencermati Perkembangan Kekuatan Ekonomi China
Konsep dan Permasalahan dalam Perdagangan Internasional
Industri di Korea Selatan dengan cara umum berorientasi di pasar ekspor. Konsep internasionalisasi industri ini memang menjadi visi pemerintah Korea Selatan dalam upaya menjadikan negara tersebut sebagai penguasa pangsa pasar di sektor perindustrian berskala global.
Salah satu upaya pemerintah Korea Selatan dalam memacu peningkatan sektor perindustrian yaitu dengan memperkenalkan konsep universitas riset (research universities) beserta pusat penelitian (research center) yang dengan cara aktif menjalankan penelitian-penelitian. Salah satu contohnya yaitu Korea Technology Transfer Center (KTTC) yang didirikan di 2000.
Angka statistik menunjukkan bahwa perkembangan teknologi Korea Selatan, yang ditunjang dengan strategi, transfer teknologi, dan komersialisasi teknologi telah menjalani perkembangan yang sangat pesat. Hal ini cukup beralasan, sebab pemerintah Korea Selatan menyediakan dana dalam jumlah besar untuk investasi di riset dan pengembangan (research as well as development/R&D).
di 2004 aja, pemerintah Korea Selatan menggelontorkan dana sebear US$ 22 miliar untuk pengembangan teknologi. Hasilnya yaitu: Korea Selatan mempunyai lebih dari 300 ribu ilmuwan berpengaruh dalam sektor perindustrian. Selain itu, hasil riset-riset tersebut juga diterapkan oleh industri-industri besar Korea Selatan (Chaebol) yang beberapa diantaranya menguasai pangsa pasar dunia (Young Roak Kim, Technology Commercialization in Republic of Korea, 2001).
Menilik kebelakang, sejarah awal perkembangan perindustrian di Korea Selatan dimulai di era 1950 dan awal-awal 1960’an, dimana di saat itu industri-industri lebih terkonsentrasi di product industri manufaktur sederhana yang strateginya meniru product yang sudah ada di pasaran, namun menawarkan harga yang lebih terjangkau.
setelah itu di era 1960 hingga awal 1970’an, pemerintah Korea Selatan mulai mengembangkan industri-industri baru yang lebih modern, yakni dengan menggarap pasar ekspor dengan cara terbatas. Hal ini diikuti dengan reformasi kebijakan ekonomi dan perindustrian melalui instrumen fiskal dan moneter, antara lain dengan membagikan subsidi pajak, menyalurkan kredit dengan suku bunga yang terjangkau, serta Anggaran-Anggaran pendukung lainnya.
Era 1970’an ditandai dengan didirikannya industri-industri berat, seperti peralatan pertahanan dan keamanan, industri baja dan perkapalan, serta industri otomotif. Selain itu, untuk menyaingi Jepang dalam sektor perindustrian, pemerintah Korea Selatan membangun infrastruktrur yang lebih teratur dan terhubung diberbagai lini.
Pemerintah Korea Selatan juga membagikan insentif di kelompok industri besar supaya Bisa berkembang dengan lebih cepat. Di era ini mulai terlihat kemajuan-kemajuan industri besar Korea Selatan, yang dikemudian hari bertransformasi menjadi perusahaan multinasional yang diperhitungkan oleh para pesaing.
setelah itu era riset dan pengembangan (R&D) sendiri baru mulai muncul diawal-awal 1980 hingga 1990’an, dimana industri-industri terus menjalani kemajuan, dan di akhirnya menjelma menjadi raksasa-raksasa yang menguasai berbagai lini usaha di pasar internasional.
Akan akan tetapi, terjadinya krisis moneter dipertengahan 1997 membuat kondisi perekonomian Korea Selatan terpuruk, sehingga banyak perusahaan besar menghadapi kekurangan likuiditas dan akhirnya menjalani kebangkrutan. Era ini merupakan era kelam dalam sejarah perekonomian modern, Sebab krisis tersebut bukan hanya menimpa Korea Selatan, namun juga banyak negara lain di kawasan Asia, seperti Malaysia, Thailand, dan Indonesia.
Setelah menjalankan berbagai restrukturisasi utang dan meminta bantuan di the International Monetary Fund (IMF), Korea Selatan mampu menjalankan recovery kondisi perekonomian dalam negeri. Meskipun masih menyisakan banyak persoalan, terutama meningkatnya angka pengangguran, pemerintah Korea Selatan sukses keluar dari krisis yang mendera negeri itu dalam waktu relatif singkat.
Sementara di era 2000’an, sektor industri Korea Selatan menjalani kebangkitan, disusul setelah itu dengan keberhasilan pemerintah Korea Selatan melunasi pinjamannya di IMF. Kemampuan Korea Selatan mengatasi krisis ini mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari kalangan internasional.
Hingga kini, banyak industri Korea Selatan telah menguasai pasar global, contohnya industri peralatan elektronika (televisi, lemari pendingin), industri telekomunikasi (smartphones, tablets), industri otomotif, dan industri besar lainnya. Merk-merk terkenal dari industri-industri tersebut tentunya akrab di telinga kita, antara lain: Samsung, LG Electronics, Hyundai, Daewoo, serta KIA.
Sebagai Epilog, meskipun dalam sejarah perkembangannya, industri-industri di Korea Selatan sempat menjalani keterpurukan karena krisis ekonomi serta menyisakan persoalan domestik berupa peningkatan angka pengangguran, namun patut dicatat bahwa negeri ini telah sukses membangun sektor perindustrian hingga mampu menjadi pemenang dalam pasar persaingan global. **
UPDATE ARTIKEL ( Minggu, 13 Agustus 2017):
di perkembangan terkini, industri-industri di Korea Selatan menghadapi persaingan serius dengan China. Dalam berbagai aspek, China mampu menjalankan inovasi-inovasi, bagus dalam proses produksi ataupun di produk-produk teknologi dan industri yang dijual di pasar. Dengan Perkataan lain, melalui efisiensi, China menawarkan produk-produk dengan harga yang lebih kompetitif di pasar dunia.
Seperti yang diungkapkan oleh the Korea Institute for Industrial Economics as well as Trade (KIET), dari beberapa industri yang ada, misalnya industri otomotif, perkapalan, besi dan baja, telekomunikasi, semikonduktor, hingga perlengkapan rumahtangga, kualitas produk-produk China mampu menyamai, bahkan lebih unggul daripada produk-produk buatan Korea Selatan; dengan harga jual yang lebih kompetitif (english.hani.co.kr, South Korea’s leading industries feeling the heat of competition by China, July 01, 2018).
Namun demikian KIET memperkirakan bahwa industri makanan dan minuman, informasi dan komunikasi, serta tekstil akan sanggup bersaing dengan lebih unggul di 2017. Selain itu teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT) yang dikembangkan Korea Selatan akan menjadi revolusi mutakhir yang permintaannya semakin meningkat di pasar global. Sebagai informasi, Artificial Intelligence mengacu di teknologi dimana komputer digital dan/atau mesin yang dikendalikan oleh komputer mampu mengerjakan tugas-tugas yang memerlukan kecerdasan tertentu (www.britannica.com); sedangkan Internet of Things yaitu konsep dalam teknologi-komputerisasi, dimana objek-objek tertentu Bisa terkoneksi melalui internet dan berkomunikasi satu dengan yang lain (dictionary.cambridge.org).
Disisi lain, kebijakan proteksionisme yang diterapkan Amerika Serikat disinyalir akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan penjualan produk-produk Korea Selatan di Amerika Serikat; hal ini terjadi Sebab harga produk impor yang masuk ke Amerika Serikat dikenai bea masuk yang lebih tinggi, sehingga akan kesulitan untuk bersaing dengan produk-produk lokal (www.businesskorea.co.kr, Industry Outlook For 2017, External Uncertainties Offset Positive Sides for S. Korean Major Industries, August 12, 2017).
Beberapa hal tersebut diatas akan menjadi tantangan untuk sektor perindustrian Korea Selatan di 2017 dan masa-masa berikutnya. ***
Artikel Ekonomi :
Pendekatan Budaya Modern dalam Menguasai Dunia: fenomena Korean Wave
Perekonomian Korea Selatan: antara Data dan Realita
Mencermati Perkembangan Kekuatan Ekonomi China
Konsep dan Permasalahan dalam Perdagangan Internasional
Subscribe Our Newsletter
Belum ada Komentar untuk "Perkembangan Industri di Korea Selatan Yang wajib Kita Ketahui"
Posting Komentar