. Memotret Madagaskar: Kemiskinan, Malnutrisi, dan Instabilitas Politik Dalam Negeri Yang wajib Kita Baca - Artikel Pendidikan Ekonomi

Memotret Madagaskar: Kemiskinan, Malnutrisi, dan Instabilitas Politik Dalam Negeri Yang wajib Kita Baca


Pengetahuan Fundamental seputar materi Memotret Madagaskar: Kemiskinan, Malnutrisi, dan Instabilitas Politik Dalam Negeri, bila setiap masyarakat negeri wajib mempunyai kepahaman seputar materi ekonomi, hal ini dikarenakan dengan kemajuan ekonomi di rumahtangga, masyarakat dan negara itu sendiri, maka belajar ekonomi memang wajib di galakkan sejak dini, sejak masih mengenal bangku pendidikan. Misalnya, karir paling populer yang Bisa dikejar kebanyakan dengan gelar ekonomi. Penelitian yang berbeda cenderung menemukan nilai gaji lulusan ekonomi cukup dibayar dengan bagus. Kemampuan ilmu ekonomi misalnya pengambilan keputusan: apa yang wajib dilakukan pemerintah untuk mengurangi defisit anggaran


Memotret Madagaskar: Kemiskinan, Malnutrisi, dan Instabilitas Politik Dalam Negeri


Madagaskar (the Republic of Madagascar) merupakan suatu negara kecil di kawasan Samudera Hindia (Indian Ocean), tepatnya di Semenanjung Afrika bagian selatan. Negara ini menampilkan keindahan alami sebagai suatu pulau yang bersentuhan langsung dengan Bahari. Sayangnya tidak demikian dengan kondisi sosial-ekonomi masyarakatnya. Kemiskinan, tingginya angka kekurangan gizi (malnutrition), serta konstelasi politik dalam negeri menjadi contoh seriusnya problem yang dihadapi Madagaskar. Artikel ini akan mengupas kondisi domestik Madagaskar beserta isu-isu yang melingkupinya.

Memotret Madagaskar: Kemiskinan, Malnutrisi, dan Instabilitas Politik Dalam Negeri
Dari perspektif geografis, Madagaskar mempunyai luas area sekitar 587 ribu km2. Sebagai suatu negara yang berbentuk pulau, negeri ini mempunyai panorama yang sangat indah dengan habitat flora dan fauna yang beraneka ragam.

Selain mempunyai wilayah pesisir nan elok, Madagaskar dikaruniai perbukitan hijau yang menjadi habitat berbagai Fauna eksotis, seperti lemur (Sesuai primata) dan bermacam spesies burung.

Sementara perekonomian Madagaskar banyak ditunjang dari sektor pertanian, peternakan dan perikanan, agro industri, transportasi, serta pariwisata.

Bank Dunia melaporkan bahwa di 2017 Madagaskar mencatatkan Gross Domestic Product (GDP) lebih kurang sebesar US$ 9.98 milliar. Dengan total populasi penduduk sebanyak 24.2 juta jiwa, maka GDP per kapita Madagaskar berada dikisaran US$ 420. Angka ini menjadikan Madagaskar sebagai salah satu negara termiskin di dunia (data.worldbank.org).

Selain itu, berdasarkan penelitian the entire world Economic Forum yang dituangkan dalam the Global Competitiveness Index 2017-2018, Madagaskar menempati peringkat 130 dari 140 negara yang menjadi objek penelitian terkait dengan daya saing global. Adapun kriteria Evaluasi tersebut antara lain meliputi struktur pemerintahan, kebijakan publik, kondisi makroekonomi, kesehatan dan pendidikan dasar, inovasi, serta faktor-faktor pendukung produktivitas perekonomian lainnya. Hal ini menunjukkan betapa rendahnya pencapaian Madagaskar dalam berbagai aspek, termasuk ekonomi ataupun sosial (World Economic Forum, The Global Competitiveness Report 2017-2018, 2017).

Disisi lain, the International Monetary Fund (IMF) mengungkapkan bahwa sekitar 62% populasi penduduk Madagaskar berada dibawah garis kemiskinan (memakai asumsi serapan kalori minimal 2,100 kalori/perhari). Sementara lebih dari 0% masyarakat memperoleh penghasilan dibawah US$ 2/hari. Angka ini sekaligus menegaskan data yang disampaikan Bank Dunia diatas, yang menyatakan Madagaskar sebagai salah satu negara termiskin di dunia. Disamping itu, Sebab 80% penduduk miskin tinggal di wilayah perdesaan, maka kawasan rural menjadi episentrum kemiskinan negeri ini.

Lebih lanjut, laporan juga menyebutkan bahwa pengeluraan pemerintah Madagaskar untuk sektor pendidikan di 2012 hanya sebesar 2.7% dari total GDP. Sementara angka kekurangan gizi (malnutrisi) di balita tergolong sangat besar, yakni mencapai angka 49%. Dengan Perkataan lain, satu dari dua balita di Madagaskar menderita kekurangan gizi (International Monetary Fund, Republic of Madagascar: Selected Issues, IMF Country Report No. 15/25, 2017).

Sementara dalam indeks pembangunan manusia (Human Development Index) yang dirilis oleh the United Nations Development Programme (UNDP) di 2017, Madagaskar berada di peringkat 154 dari total 188 negara yang diteliti, sehingga memasukkan negeri ini dalam kategori Low Human Development. Hal ini antara lain dikarenakan Sebab lingkungan kerja yang buruk, banyaknya tenaga kerja yang tidak terampil (unskilled labor), rendahnya tingkat pendidikan, masifnya ketidaksetaraan gender (gender inequality), serta angka korupsi yang tinggi, hingga mengakibatkan terhambatnya pembangunan sumberdaya manusia (The United Nations Development Programme, Human Development Report 2017: Work for Human Development, 2017).

Lebih jauh, di 2013 Madagaskar sukses mengadakan pemilihan umum setelah lebih dari empat tahun menjalani gejolak politik dalam negeri. Krisis politik tersebut mengakibatkan Madagaskar terisolasi dari dunia internasional. Namun demikian, dibawah kendali pemimpin baru, Presiden Hery Rajaonarimampianina, gejolak politik Madagaskar tidak berhenti; belum lagi persoalan ekonomi yang makin memperburuk situasi domestik Madagaskar.

Pasalnya, semenjak pemilihan umum yang menghasilkan pemerintahan baru, kondisi ekonomi Madagaskar masih jauh dari Asa. Pertumbuhan ekonomi hanya berada dikisaran 3% di 2014, ditandai dengan minimnya investasi domestik dan kurangnya bantuan internasional, bagus dalam skema kerjasama bilateral ataupun multinasional. Disamping itu instabilitas politik domestik masih mengancam pembangunan ekonomi dan mengurangi minat investor asing untuk menanamkan modalnya ke negara ini.

Disisi lain, tingkat pendidikan yang relatif rendah membuat kualitas tenaga kerja yang tersedia tidak mempunyai daya saing dan produktivitas tinggi untuk membangun perekonomian. Persentase terbesar tenaga kerja yang bekerja di sektor publik, swasta, serta sektor usaha non-formal, cenderung diisi oleh tenaga kerja lulusan pendidikan dasar. Bahkan disebutkan pula bahwa mayoritas masyarakat lokal belum mengerti penggunaan komputer.

Tenaga kerja kurang terampil dan berlatar belakang pendidikan relatif rendah menjadi salah satu penyebab minimnya investasi asing dalam bentuk Foreign Direct Investment (FDI) yang mau menanamkan modalnya di Madagaskar (Ravelosoa, Julia R., et.al, Country Paper for Madagascar: Labor Market, Economic Situation, as well as also Development Policy, Swiss Programme for Research on Global Issues for Development, R4D Working Paper 2017/3, 2017).

Sebagai Epilog, berbagai persoalan mulai dari tingginya angka kemiskinan, instabilitas politik dalam negeri, hingga buruknya asupan gizi masyarakat (malnutrisi) mengakibatkan Madagaskar berada diposisi terbelakang dalam pencapaian kesejahteraan masyarakat dan pembangunan sumberdaya manusia. **
Artikel Ekonomi :
Venezuela: Krisis Ekonomi dan Ketergantungan di Minyak Bumi
saat Sistem Perekonomian Tertutup Menjadi Pilihan: tinjauan ekonomi Korea Utara
Mencermati Krisis Ekonomi Yunani
Memahami Kasus Hiperinflasi di Perekonomian Modern
logo
Berbagi Ilmu Itu Indah.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Subscribe Our Newsletter

    Related Posts

    Buka Komentar
    Tutup Komentar

    Belum ada Komentar untuk "Memotret Madagaskar: Kemiskinan, Malnutrisi, dan Instabilitas Politik Dalam Negeri Yang wajib Kita Baca"

    Posting Komentar

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel