Pembangunan Berperspektif Kesetaraan Gender (Gender Equality) Yang Wajib Kita Ketahui
inti mendasar mengenai materi Pembangunan Berperspektif Kesetaraan Gender (Gender Equality), bila setiap warga negeri wajib mempunyai kemampuan pemahaman seputar materi ekonomi, hal ini erat kaitannya dengan perkembangan ekonomi di rumahtangga, masyarakat dan negara itu sendiri, maka belajar ekonomi memang wajib di galakkan sejak dini, sejak masih mengenal bangku pendidikan. Misalnya, karir paling populer yang Bisa dikejar kebanyakan dengan gelar ekonomi. Ekonomi mengajarkan bagaimana membuat keputusan yang tepat. Kemampuan ilmu ekonomi misalnya pengambilan keputusan: apa yang wajib dilakukan pemerintah untuk mengurangi defisit anggaran
Pembangunan Berperspektif Kesetaraan Gender (Gender Equality)
Berbicara mengenai gender dalam pembangunan, topik diskusi selalu berkaitan dengan masalah gender gap/gender inequality (ketidaksetaraan antara perempuan dengan laki-laki). Gender gap ini mencakup berbagai bidang, diantaranya: pendidikan, kesehatan, wewenang dalam pengambilan keputusan, kesempatan berpartisipasi dalam komunitas masyarakat, dan sebagainya.
Persoalan gender sebenarnya sudah lama dipelajari, namun hingga dengan saat ini isu tersebut tetap menjadi perhatian utama. Hal ini dikarenakan masih munculnya permasalahan-permasalahan gender diberbagai belahan dunia. Tulisan ini akan mengupas mengenai perspektif kesetaraan gender (gender equality) dalam pembangunan.
Di negara-negara maju, dimana sudah terdapat keseimbangan peran antara kaum perempuan dan laki-laki, kesadaran akan kesetaraaan gender menjadi sesuatu yang jamak dijumpai. Dari kacamata sosial, bagus perempuan ataupun laki-laki mempunyai Sudut Pandang egalitarianisme (meyakini bahwa setiap individu bersamaan hak-haknya dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi).
Walaupun tidak berarti nihil persoalan, akan tetapi kesadaran setiap individu memungkinkan terciptanya keadaan yang lebih kondusif. Lingkungan seperti ini membagikan kesempatan yang setara untuk perempuan untuk berpartisipasi aktif dan mempunyai kewenangan dalam organisasi kemasyarakatan, sektor swasta/usaha, ataupun instansi pemerintah.
Namun tidak demikian dengan yang terjadi di negara berkembang dan negara terbelakang. Di negara-negara ini, perempuan lebih diposisikan di peran domestik (menjaga rumah, menjadi ibu rumah tangga), tanpa membagikan kesempatan untuk mengembangkan potensi diri. wajib ditekankan juga bahwa ini tidak berarti peran domestik tidak/kurang penting.
Persoalan menjadi kian rumit, sebab di beberapa wilayah, hal yang berkaitan dengan peran perempuan dan laki-laki merupakan tatanan budaya yang diwariskan dengan cara turun-temurun. Dalam budaya yang bersifat patriarkal (keyakinan bahwa sistem sosial itu dikontrol sepenuhnya oleh laki-laki), potensi terjadi gender gap akan sangat kentara. Dalam sistem seperti ini, perbedaan perlakuan antara perempuan dan laki-laki lebih merupakan hasil konstruksi sosial dan budaya, bukan semata-mata Sebab perbedaan biologis.
Dalam penelitiannya, Tasli menegaskan bahwa kesetaraan gender yaitu mustahil tercapai dalam sistem ekonomi, politik, dan budaya yang telah berlaku sebelumnya. Studi tersebut menyatakan bahwa dalam pemberdayaan (empowerment) mengandung unsur Perkataan ‘power’, atau kendali. Oleh karenanya, kesetaraan itu akan mulai terlihat apabila kaum perempuan mempunyai kendali yang lebih besar, bagus dalam sistem politik dan ekonomi, serta dalam pengambilan keputusan (Tasli, A Conceptual Framework for Gender along with Development Studies: coming from Welfare to Empowerment, 2007).
Studi lain menambahkan bahwa inti dari pemberdayaan perempuan (woman empowerment) menuju kesetaraan gender tidak berarti bahwa perempuan mengambil alih kendali yang sebelumnya dipegang oleh laki-laki. Yang dimaksudkan yaitu pemahaman yang lebih bagus menyangkut hubungan yang seimbang dari kedua belah pihak. Keseimbangan itu termanifestasi dalam rasa percaya diri (self confidence), kemampuan dalam mengelola (organize), serta kemampuan dalam mengambil keputusan (decision creating) (Reeves along with Baden, Gender along with Development: Concepts along with Definitions, Institute of Development Studies, 2000).
Adapun upaya-upaya untuk melonjakkan peran kaum perempuan dalam pembangunan Bisa ditempuh dengan berbagai Tutorial, yaitu:
Lebih jauh, program pemberdayaan perempuan tidak Bisa dicapai hanya dengan mengandalkan partisipasi individu. Oleh Sebab itu peran institusi pemerintah dan organisasi sosial sangat dibutuhkan untuk mendukung kampanye menuju kesetaraan gender.
Sebagai catatan penting, kesetaraan gender (gender equality) tidak berarti pengambilalihan tanggungjawab dari laki-laki kepada perempuan, melainkan menempatkan posisi perempuan setara dengan laki-laki, bagus dalam pendidikan, layanan kesehatan, kesempatan untuk bekerja, berpartisipasi dalam organisasi masyarakat, serta menentukan pilihan terbaik untuk dirinya sendiri.
Disamping itu, sebagian permasalahan terkait gender cenderung merupakan bentuk tatanan budaya yang sudah tertanam turun-temurun, sehingga tidak mudah untuk ditemukan solusinya. Oleh karenanya, peranan pemerintah dan organisasi masyarakat sangat diperlukan dalam menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender, sebab pembangunan menuju kesejahteraan akan lebih cepat terealisasi bila setiap pihak bekerjasama tanpa memandang perbedaan gender. **
Artikel Ekonomi :
Peran Keluarga Berencana (Family Planning) dalam Upaya Mengendalikan Populasi
Hakikat Pembangunan Manusia (Human Development)
Kesehatan, Pendidikan, dan Kesetaraan Gender dalam Sustainable Development Goals
Sustainable Development Goals: mewujudkan pembangunan yang berkesinambungan
Persoalan gender sebenarnya sudah lama dipelajari, namun hingga dengan saat ini isu tersebut tetap menjadi perhatian utama. Hal ini dikarenakan masih munculnya permasalahan-permasalahan gender diberbagai belahan dunia. Tulisan ini akan mengupas mengenai perspektif kesetaraan gender (gender equality) dalam pembangunan.
Di negara-negara maju, dimana sudah terdapat keseimbangan peran antara kaum perempuan dan laki-laki, kesadaran akan kesetaraaan gender menjadi sesuatu yang jamak dijumpai. Dari kacamata sosial, bagus perempuan ataupun laki-laki mempunyai Sudut Pandang egalitarianisme (meyakini bahwa setiap individu bersamaan hak-haknya dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi).
Walaupun tidak berarti nihil persoalan, akan tetapi kesadaran setiap individu memungkinkan terciptanya keadaan yang lebih kondusif. Lingkungan seperti ini membagikan kesempatan yang setara untuk perempuan untuk berpartisipasi aktif dan mempunyai kewenangan dalam organisasi kemasyarakatan, sektor swasta/usaha, ataupun instansi pemerintah.
Namun tidak demikian dengan yang terjadi di negara berkembang dan negara terbelakang. Di negara-negara ini, perempuan lebih diposisikan di peran domestik (menjaga rumah, menjadi ibu rumah tangga), tanpa membagikan kesempatan untuk mengembangkan potensi diri. wajib ditekankan juga bahwa ini tidak berarti peran domestik tidak/kurang penting.
Persoalan menjadi kian rumit, sebab di beberapa wilayah, hal yang berkaitan dengan peran perempuan dan laki-laki merupakan tatanan budaya yang diwariskan dengan cara turun-temurun. Dalam budaya yang bersifat patriarkal (keyakinan bahwa sistem sosial itu dikontrol sepenuhnya oleh laki-laki), potensi terjadi gender gap akan sangat kentara. Dalam sistem seperti ini, perbedaan perlakuan antara perempuan dan laki-laki lebih merupakan hasil konstruksi sosial dan budaya, bukan semata-mata Sebab perbedaan biologis.
Dalam penelitiannya, Tasli menegaskan bahwa kesetaraan gender yaitu mustahil tercapai dalam sistem ekonomi, politik, dan budaya yang telah berlaku sebelumnya. Studi tersebut menyatakan bahwa dalam pemberdayaan (empowerment) mengandung unsur Perkataan ‘power’, atau kendali. Oleh karenanya, kesetaraan itu akan mulai terlihat apabila kaum perempuan mempunyai kendali yang lebih besar, bagus dalam sistem politik dan ekonomi, serta dalam pengambilan keputusan (Tasli, A Conceptual Framework for Gender along with Development Studies: coming from Welfare to Empowerment, 2007).
Studi lain menambahkan bahwa inti dari pemberdayaan perempuan (woman empowerment) menuju kesetaraan gender tidak berarti bahwa perempuan mengambil alih kendali yang sebelumnya dipegang oleh laki-laki. Yang dimaksudkan yaitu pemahaman yang lebih bagus menyangkut hubungan yang seimbang dari kedua belah pihak. Keseimbangan itu termanifestasi dalam rasa percaya diri (self confidence), kemampuan dalam mengelola (organize), serta kemampuan dalam mengambil keputusan (decision creating) (Reeves along with Baden, Gender along with Development: Concepts along with Definitions, Institute of Development Studies, 2000).
Adapun upaya-upaya untuk melonjakkan peran kaum perempuan dalam pembangunan Bisa ditempuh dengan berbagai Tutorial, yaitu:
- Melalui pendidikan dan keterampilan. Hal ini tidak hanya berdampak positif di produktivitas kerja, namun juga Bisa menunda perkawinan usia dini (early marriage), menekan laju angka kelahiran, serta melonjakkan kesejahteraan keluarga. Selain itu, pengetahuan yang dimiliki perempuan memungkinkan mereka mendidik anak-anak mereka dengan lebih sehat, cerdas, dan tanggap situasi.
- Melalui peningkatan kesehatan. Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan, kaum perempuan akan berupaya untuk membagikan nutrisi yang bagus di keluarga mereka. setelah itu apabila seorang perempuan/ibu berada di kondisi sehat, maka diyakini akan memberi dampak positif pula di anak-anaknya.
- Melalui partisipasi aktif dalam komunitas. Dengan diberikannya kesempatan kepada perempuan dalam komunitas, maka akan melonjakkan kemampuannya dalam memformulasikan ide dan menyampaikan pendapat. Selain itu mereka juga akan mempunyai kemampuan untuk menganalisa, mengorganisasi, dan mengambil keputusan.
- Penyediaan akses kepada sumberdaya produksi. Akses ini memungkinkan perempuan mempunyai tanggungjawab dan wewenang lebih dalam menentukan pilihan-pilihan untuk pencapaian tujuan.
Lebih jauh, program pemberdayaan perempuan tidak Bisa dicapai hanya dengan mengandalkan partisipasi individu. Oleh Sebab itu peran institusi pemerintah dan organisasi sosial sangat dibutuhkan untuk mendukung kampanye menuju kesetaraan gender.
Sebagai catatan penting, kesetaraan gender (gender equality) tidak berarti pengambilalihan tanggungjawab dari laki-laki kepada perempuan, melainkan menempatkan posisi perempuan setara dengan laki-laki, bagus dalam pendidikan, layanan kesehatan, kesempatan untuk bekerja, berpartisipasi dalam organisasi masyarakat, serta menentukan pilihan terbaik untuk dirinya sendiri.
Disamping itu, sebagian permasalahan terkait gender cenderung merupakan bentuk tatanan budaya yang sudah tertanam turun-temurun, sehingga tidak mudah untuk ditemukan solusinya. Oleh karenanya, peranan pemerintah dan organisasi masyarakat sangat diperlukan dalam menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender, sebab pembangunan menuju kesejahteraan akan lebih cepat terealisasi bila setiap pihak bekerjasama tanpa memandang perbedaan gender. **
Artikel Ekonomi :
Peran Keluarga Berencana (Family Planning) dalam Upaya Mengendalikan Populasi
Hakikat Pembangunan Manusia (Human Development)
Kesehatan, Pendidikan, dan Kesetaraan Gender dalam Sustainable Development Goals
Sustainable Development Goals: mewujudkan pembangunan yang berkesinambungan
Subscribe Our Newsletter
Belum ada Komentar untuk "Pembangunan Berperspektif Kesetaraan Gender (Gender Equality) Yang Wajib Kita Ketahui"
Posting Komentar