. Perkembangan Ekonomi Asia 2018 dan Prospek Perekonomian Asia 2017 Yang wajib Kita Tau - Artikel Pendidikan Ekonomi

Perkembangan Ekonomi Asia 2018 dan Prospek Perekonomian Asia 2017 Yang wajib Kita Tau


inti Fundamental mengenai materi Perkembangan Ekonomi Asia 2018 dan Prospek Perekonomian Asia 2017, bila setiap warga negara wajib mempunyai kepahaman seputar materi ekonomi, hal ini erat kaitannya dengan perkembangan ekonomi di rumahtangga, masyarakat dan negara itu sendiri, maka belajar ekonomi memang wajib di galakkan sejak dini, sejak masih mengenal bangku pendidikan. Misalnya, karir paling populer yang Bisa dikejar kebanyakan dengan gelar ekonomi. Ekonomi mengajarkan bagaimana membuat keputusan yang tepat. Ini mengajarkan kita bagaimana Tips membuat pilihan, yang sangat penting dalam bisnis.


Perkembangan Ekonomi Asia 2018 dan Prospek Perekonomian Asia 2017


Asia memainkan peran penting dalam kancah perekonomian global. Benua yang didiami oleh 48 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB (the United Nations) dan enam negara non-PBB ini selain mempunyai jumlah populasi penduduk yang mencapai lebih dari 60% total populasi dunia, atau sekitar 4.4 milliar jiwa, juga menjadi pasar potensial untuk perdagangan internasional, bagus antar negara dalam kawasan ataupun dengan negara-negara di kawasan lain, seperti Eropa dan Amerika. Artikel ini akan membahas mengenai kondisi perekonomian Asia di 2018 dan prospek perekonomian Asia di 2017 mendatang.

Perkembangan Ekonomi Asia 2018 dan Prospek Perekonomian Asia 2017
Dari sisi demografi, setidaknya terdapat empat negara di Asia yang mempunyai populasi penduduk terbesar di dunia, yakni China, India, Indonesia, dan Jepang. Selain itu, dari sisi kekuatan ekonomi, China, Jepang, dan Singapura merupakan pusat kekuatan perekonomian dunia. Sementara India, Rusia, Korea Selatan, Uni Emirat Arab, serta Indonesia dan negara-negara ASEAN, merupakan pasar potensial yang terus berkembang dan bersaing dikancah perekonomian global.

Adapun pertumbuhan ekonomi Asia diproyeksikan berada di angka 5.7% di 2018 dan 2017, turun dari tahun sebelumnya yang berada dikisaran 5.9% (Asian Development Bank, Asian Development Outlook 2018: Asia’s Potential Growth, 2018).

Sementara dalam laporannya, Bank Dunia (the earth Bank) mencatat terjadinya pelemahan pertumbuhan ekonomi global sepanjang 2018, dari yang semula diproyeksikan berada di kisaran 2.9% dalam laporan awal tahun, menjadi 2.4% di laporan tengah tahun (World Bank, Global Economic Prospects: Divergences in addition to Risks, June 2018).

Lebih lanjut, hampir semua wilayah di Asia di 2018 menjalani perlambatan ekonomi. Hal ini terjadi terutama sebagai karena dari Lemah’nya perekonomian global. Dalam kurun waktu sejak 2014 hingga saat ini, perekonomian global relatif berada dalam fase yang tidak stabil. Berbagai isu internasional, bagus yang berkaitan langsung dengan ekonomi dan perdagangan ataupun persoalan diluar bidang ekonomi, membuat laju perekonomian banyak negara di dunia melambat atau bahkan memasuki periode krisis.

Adapun permasalahan yang menjadi pemicu dinamika perekonomian di periode 2014-2018 antara lain sebagai berikut:
  • Dihentikannya kebijakan Quantitative Easing (QE) oleh Bank Sentral Amerika Serikat (the Federal Reserve), sehingga mengakibatkan melonjaknya nilai tukar mata uang US$.
  • Kebijakan yang diambil oleh otoritas China dengan men’devaluasi mata uang Yuan. (Sebagai catatan: kebijakan-kebijakan moneter yang dilakukan oleh negara-negara raksasa ekonomi dunia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di saat itu, biasa disebut dengan istilah ‘currency war’).
  • Isu politik seputar aneksasi Rusia atas Crimea yang memanaskan hubungan multilateral antara Amerika Serikat dan Uni Eropa disatu sisi, dengan Rusia disisi lain.
  • Pasokan minyak mentah dunia yang berlimpah, sehingga menjungkalkan harga minyak mentah di pasar internasional. Hal ini berdampak luas terutama terhadap perekonomian negara-negara produsen minyak mentah dunia, diantaranya Venezuela, Arab Saudi, dan Rusia.
  • Konflik politik dan ideologi yang terus berkecamuk di kawasan Timur Tengah (Middle-East Asian), seperti yang terjadi di Suriah (Syria), Lebanon, dan Irak. Konflik-konflik tersebut dengan cara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi perekonomian, perdagangan, dan investasi.
  • Keluarnya Inggris dari blok kerjasama Uni Eropa (the European Union) atau yang dikenal dengan istilah ‘Brexit’. Pertengahan Juni 2018 ditandai dengan kemenangan masyarakat Inggris yang memilih opsi Brexit dalam referendum untuk menentukan apakah Inggris masih akan berada di blok Uni Eropa atau memilih untuk keluar dari blok kerjasama tersebut. Peristiwa ini membawa pengaruh besar di perekonomian Uni Eropa yang menganut sistem pasar tunggal.
  • Terpilihnya Donald J. Trump sebagai presiden hasil pemilihan umum rakyat Amerika Serikat di bulan Nopember 2018. Kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintah baru Amerika Serikat sudah pasti akan menentukan laju perekonomian dunia, tak terkecuali di wilayah Asia.

bila dilihat dari situasi domestik negara-negara di kawasan Asia, maka perekonomian negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di wilayah Asia Timur, yakni China di 2018 ditandai dengan stagnasi ekonomi. Menurut data the Organisation for Economic Cooperation in addition to Development (OECD), pertumbuhan ekonomi China akan menjalani penurunan di 2018, yakni dikisaran 6.5%, turun dari tahun sebelumnya yang mencatatkan angka 6.8%.

Sementara Jepang, yang diproyeksikan lebih bagus di 2018 dengan pertumbuhan sebesar 0.7% dibandingkan dengan 0.5% di 2017, masih menghadapi problem domestik, ditandai dengan menurunnya tingkat konsumsi dalam negeri serta instabilitas pasar tenaga kerja (labor market).

setelah itu, negara-negara di kawasan Asia Tengah, seperti Kazakhstan dan Azerbaijan akan menjalani kontraksi ekonomi, dengan rata-rata pertumbuhan dibawah 2%. Lalu India juga menjalani penurunan signifikan, terutama dalam ekspor barang dan jasa. Di wilayah Asia Selatan, hanya India, Bangladesh, dan Bhutan yang diproyeksikan mencapai pertumbuhan ekonomi diatas 6%.

Disisi lain, di kawasan Asia Tenggara, Indonesia dan Phillipina masih menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil di 2018, demikian juga dengan Vietnam dan Thailand. Namun tidak demikian dengan Malaysia, yang masih terdampak atas anjloknya harga minyak dunia. Apalagi menjelang akhir 2018, Malaysia diterpa isu politik yang tidak kondusif, karena maraknya demonstrasi sebagian masyarakat Sebab ketidakpuasan atas tata kelola pemerintahan dan maraknya tindak kejahatan korupsi.

Disamping itu OECD memproyeksikan ekonomi ASEAN, China dan India akan menjalani penyesuaian dengan laju yang bervariasi. Negara-negara ASEAN diperkirakan menjalani pertumbuhan hingga 5.2% di periode 2018-2020, meningkat dari 4.6% di 2017. Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi terjadi di Philipina dan Vietnam, yang didukung dengan banyaknya investasi melalui skema Foreign Direct Investment (FDI) serta meningkatnya konsumsi dalam negeri.

Perluasan kerjasama ASEAN seperti yang diwujudkan dalam ASEAN Plus Three (APT) dan ASEAN Plus Six diharapkan mampu memacu sektor perdagangan lintas wilayah di tahun-tahun mendatang. Terlebih dengan adanya kesepakatan pasar tunggal ASEAN (ASEAN Economic Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN dan ASEAN Free Trade Area). Walaupun begitu, mengingat dengan cara umum kondisi ekonomi global belum stabil, kerjasama ini diperkirakan belum banyak memberi dampak positif dari sisi pemerataan pertumbuhan ekonomi kawasan.

Berikut merupakan kebijakan-kebijakan yang penting untuk dicermati dalam rangka pengembangan perekonomian Asia, yakni: tarif perdagangan antar wilayah, perdagangan di sektor jasa, investasi dan liberalisasi pasar modal, perlindungan konsumen dan kompetisi yang sehat (fair competition), perlindungan hak atas Hartah intelektual, konektivitas dan infrastruktur, pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah/UMKM (tiny Medium Enterprises/SMEs), serta pengembangan sektor pertanian, kehutanan, dan pariwisata (Organisation for Economic Cooperation in addition to Development, Economic Outlook for Southeast Asia, China in addition to India 2018: Enhancing Regional Ties, 2018).

Disamping itu terdapat beberapa faktor yang diperkirakan masih akan mempengaruhi laju perekonomian Asia di 2017, yakni:
  • Pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan stagnan di 2018 dan 2017 di angka 5.7%, dipicu oleh faktor domestik Asia yang ditandai dengan stagnasi ekonomi, situasi sosial-ekonomi Amerika Serikat setelah terpilihnya presiden baru, dan pergerakan perekonomian Uni Eropa pasca Brexit.
  • Harga minyak mentah dunia yang diperkirakan masih akan menjalani penurunan. Hal ini membawa Imbas di menurunnya harga komoditas lain, yang sebenarnya Bisa dipandang dari sisi menguntungkan ataupun merugikan untuk perekonomian kawasan dan global.
  • Kebijakan ekonomi Amerika Serikat yang diperkirakan akan lebih melindungi produksi dalam negeri (proteksionisme), apabila sesuai dengan kebijakan yang dijanjikan oleh presiden terpilih. Hal ini akan berdampak negatif di pasar ekspor negara lain ke Amerka Serikat, sebab bila kebijakan tersebut benar-benar direalisasikan, maka akan menambah tarif produk impor hingga mencapai 45%.
  • bila Bank Sentral Amerika (the Fed) merealisasikan kenaikan tingkat suku bunga acuan di akhir tahun 2018 atau awal 2017, hal ini akan berdampak signifikan terhadap perekonomian dunia, sebab nilai tukar mata uang US$ dipastikan akan semakin menguat terhadap mata uang lain. Dampaknya, nilai tukar mata uang negara-negara Asia akan berpotensi jatuh lebih dalam.

Sebagai Epilog, catatan-catatan diatas sedikit banyak Bisa membagikan Citra kondisi perekonomian negara-negara Asia sepanjang 2018 dan proyeksi perekonomian Asia di 2017. **
Artikel Ekonomi :
Perkembangan Perekonomian Global 2017: bertumbuh dalam ketidakpastian
Melihat Situasi Perekonomian Global 2018
Teori dan Konsep Dasar Negara Kesejahteraan (Welfare State)
Memahami Konsep Globalisasi
logo
Berbagi Ilmu Itu Indah.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Subscribe Our Newsletter

    Related Posts

    Buka Komentar
    Tutup Komentar

    Belum ada Komentar untuk "Perkembangan Ekonomi Asia 2018 dan Prospek Perekonomian Asia 2017 Yang wajib Kita Tau"

    Posting Komentar

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel