. Perkembangan Perekonomian Indonesia: paduan antara Hartah alam dan budaya dengan aneka problematika Yang wajib Kita Baca - Artikel Pendidikan Ekonomi

Perkembangan Perekonomian Indonesia: paduan antara Hartah alam dan budaya dengan aneka problematika Yang wajib Kita Baca


Pengetahuan Fundamental mengenai materi Perkembangan Perekonomian Indonesia: paduan antara Hartah alam dan budaya dengan aneka problematika, bila setiap warga negeri wajib mempunyai kepahaman seputar materi ekonomi, hal ini erat kaitannya dengan kemajuan ekonomi di rumahtangga, masyarakat dan negara itu sendiri, maka belajar ekonomi memang wajib di galakkan sejak dini, sejak masih mengenal bangku pendidikan. wajib dicatat bahwa gaji lulusan ekonomi termasuk yang tertinggi dari disiplin apapun. Ekonomi mengajarkan bagaimana membuat keputusan yang tepat. Kemampuan ilmu ekonomi misalnya pengambilan keputusan: Apa yang wajib dilakukan bisnis untuk menaikkan margin keuntungan.


Perkembangan Perekonomian Indonesia: paduan antara Hartah alam dan budaya dengan aneka problematika


Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia (the Republic of Indonesia) mempunyai Hartah alam yang luar biasa besar dan beraneka ragam. Dengan gugusan pulau-pulau yang terbentang dari ujung barat hingga ujung timur yang berjumlah lebih dari 13 ribu pulau, Indonesia menyajikan keindahan yang sulit ditemui dibelahan bumi lainnya. Tulisan ini merupakan bagian pertama dari inti bahasan mengenai kondisi sosial-ekonomi Indonesia dan berbagai permasalahan yang ada didalamnya.

Indonesia, Ragam Hartah Alam dan Budaya Berpadu dengan Ragam Problematika
Terletak di Benua Asia, tepatnya di Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik dan dipimpin oleh seorang presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.

Indonesia juga merupakan salah satu negara yang dilintasi oleh garis khatulistiwa (equator), membuatnya mempunyai iklim tropis, dengan musim panas dan musim penghujan yang datang dengan cara bergantian.

Menurut Badan Informasi Geospasial (Geospatial Information Agency), jumlah pulau yang terdapat di Indonesia merupakan sebanyak 13,466 pulau, dengan luas daratan sebesar 1.92 juta kilometer2 dan luas perairan 3.25 juta kilometer2. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia (www.bakosurtanal.go.id, Indonesia mempunyai 13.466 Pulau yang Terdaftar dan Berkoordinat).

Indonesia juga terkenal akan Hartah alam, mulai dari Hartah hayati, seperti hutan tropis, hutan mangrove, aneka flora dan fauna yang hidup di darat ataupun perairan (sungai dan Bahari), serta Hartah sumberdaya mineral dan energi, seperti minyak bumi, batu bara, bijih besi, bauksit, timah, hingga tambang emas. Beberapa referensi bahkan menyebutkan bahwa Indonesia mempunyai tambang emas dengan kualitas terbaik di dunia, cadangan gas alam terbesar di dunia, tambang batu bara terbesar di dunia, hutan tropis dan mangrove terluas ketiga di dunia, serta sederet Hartah lain yang tidak dijumpai di negara manapun.

Indonesia juga kaya akan kebudayaan yang beraneka rupa. Dengan bermacam-macam suku bangsa beserta adat-istiadat masyarakat yang mendiami pulau-pulau di Indonesia, tak pelak membuat Indonesia sangat ‘berwarna’ dalam hal kebudayaan. Adapun keragaman masyarakat (suku bangsa, bahasa daerah, agama dan kepercayaan) diikat dalam satu simpul yang dinamai ‘Bhinneka Tunggal Ika’ atau Unity in Diversity, yang menekankan makna kesatuan dalam perbedaan.

Selanjutnya dari jumlah penduduk, Indonesia dihuni oleh lebih dari 258 juta populasi penduduk di 2017. Sementara menurut Badan Pusat Statistik (Statistics Indonesia), rata-rata pertumbuhan penduduk Indonesia dalam laporan terakhir (2010 – 2014) berada dikisaran 1.40% per tahun.

setelah itu dari perspektif ekonomi, Indonesia menghasilkan Gross Domestic Product (GDP current-prices based) sebesar US$ 937 milliar di 2018, dengan pendapatan per kapita kurang lebih sebanyak US$ 3,620. Angka tersebut menjalani peningkatan dari tahun sebelumnya yang mencatatkan GDP sebesar US$ 859 milliar dan GDP per kapita sebesar US$ 3,362.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2018 diperkirakan mencapai 5.1 % atau meningkat dari tahun 2017 yang mencatatkan angka 4.8%, dengan inflasi sebesar 4.3%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan meningkat di 2017 sebesar 5.3%.

Namun demikian peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional tidak diimbangi dengan pemerataan pendapatan; dengan Perkataan lain masih terdapat ketimpangan pendapatan (income equality) yang cukup besar, ditunjukkan dari Indeks Gini (Gini ratio) yang berada di angka 0.41.

Dalam hal kerjasama internasional, Indonesia terlibat dengan cara aktif dalam berbagai kerjasama bilateral ataupun multilateral. Selain menjadi salah satu pendiri organisasi kerjasama se-Asia Tenggara, ASEAN (Association of South East Asian Countries) dan pengembangan kerjasama'nya seperti ASEAN Plus Three, Indonesia juga tergabung dalam beberapa forum kerjasama internasional, diantaranya the globe Trade Organization (WTO), the Group of Twenty (G20), Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan Gerakan Non Blok (Non-Aligned Movement).

Kondisi Pasca Kemerdekaan.
Dalam sejarahnya, negara Indonesia menjalani beberapa periode penjajahan oleh negara-negara lain, seperti Belanda, Jepang, Portugis, dan Inggris, sebelum menyatakan kemerdekaan di 17 Agustus 1945.

di awal masa kemerdekaan hingga era 1960’an, problem yang dihadapi Indonesia berasal dari faktor internal ataupun eksternal. Dari sisi domestik, kondisi negara yang belum stabil dengan cara politik ataupun ekonomi membawa berbagai pertikaian politik dan ideologi, hingga memunculkan pemberontakan-pemberontakan di wilayah-wilayah tertentu.

Sementara problem eksternal merupakan situasi dunia pasca perang dunia ke-2, dimana banyak negara menjalani kerugian dengan cara ekonomi, ditambah lagi saat dunia mulai memasuki periode perang dingin (cold war) di era 1960’an, saat banyak negara tersekat dalam poros-poros kekuatan yang saling berlawanan.

di akhir era 1960’an, Pemerintah Indonesia mencanangkan program pembangunan berjangka lima tahunan, atau yang lebih dikenal dengan istilah Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun). Setiap Repelita, yang dimulai di periode 1969-1974, menitikberatkan di pembangunan tertentu, seperti pemenuhan kebutuhan dasar dan infrastruktur pertanian, pembangunan pulau-pulau utama dan program transmigrasi, peningkatan industri padat karya untuk menunjang daya saing ekspor, serta pembangunan sarana transportasi, komunikasi, dan pendidikan.

Alhasil, Indonesia sukses memasuki swasembada pangan para era 1980’an hingga awal 1990’an, ditunjang dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan kondisi politik dalam negeri yang relatif kondusif. Maka tidak mengherankan apabila saat itu Indonesia diproyeksikan menjadi salah satu negara yang di masa depan mampu menjadi ‘Macan Asia’ (Asian Tiger) (Naisbitt, John, Megatrends Asia: Eight Asian Megatrends in which Are Reshaping Our World, 1996) serta mendapat sebutan ‘Keajaiban Asia Timur’ (the East Asia Miracle) (World Bank, The doing of the East Asia Miracle, World Bank Policy Research Bulletin, Vol. 4, No. 4. August-October 1993).

Krisis Ekonomi 1997-1998 dan Pergantian Rezim Pemerintahan.
Sayangnya, stabilitas politik dan ekonomi Indonesia ternyata tidaklah sekuat yang diperkirakan sebelumnya. di saat terjadi krisis ekonomi Asia 1997-1998, Indonesia tidak luput dari hantaman krisis tersebut.

Kejadian itu di akhirnya memaksa rezim pemerintahan yang telah berkuasa selama lebih kurang 32 tahun untuk lengser. Orde pemerintahan yang disebut ‘Orde Baru’ itupun berganti menjadi ‘Orde Reformasi’, yang ditandai dengan terjadinya kerusuhan massal dan rasial yang menelan banyak korban jiwa di beberapa kota besar di Indonesia.

Awal Periode Reformasi.
Setelah menjalani gejolak dalam negeri karena krisis ekonomi dan pergantian rezim pemerintahan di 1998, Indonesia dengan cara pelan membangun perekonomian dan tata kelola pemerintahan yang lebih demokratis. Walau demikian, laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (the United Nations) mencatat beberapa hal penting terkait perkembangan sosial-ekonomi Indonesia di masa itu.

Laporan tersebut antara lain menyatakan masih banyaknya persoalan ketimpangan dalam hal kesetaraan hak untuk setiap warga negara. Dalam hal ini, isu-isu primordial seperti suku, ras, agama (SARA) berpotensi merusak keharmonisan masyarakat, sehingga mesti mendapatkan perhatian serius dari pemerintah.

Selain itu, PBB mencatat bahwa di 1993, dari total populasi penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 185 juta jiwa, terdapat 25.9 juta penduduk yang berada dalam kondisi kemiskinan absolut menurut standar internasional. saat krisis ekonomi 1997-1998 usai, angka kemiskinan tersebut meningkat hampir dua kali lipat menjadi 49.5 juta jiwa atau sebesar 24.2% dari total populasi saat itu.

Pertumbuhan populasi penduduk yang relatif tinggi juga menjadi salah satu problem utama di sektor kependudukan. Apalagi kebijakan pemerintah masih terfokus di Pulau Jawa, sebagai pusat pemerintahan, industri, dan perdagangan. Menurut statistik, tercatat lebih dari 57% populasi penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa. Permasalahan ini tentu berpotensi memunculkan persoalan-persoalan baru, seperti keseimbangan pembangunan perkotaan dan perdesaan, pembangunan pulau-pulau di luar Pulau Jawa, kesetaraan pendidikan, fasilitas kesehatan, pembangunan infrastruktur jalan, perumahan, dan sebagainya (United Nations, Indonesia: Country Profile, Johannesburg Summit, 2002).
(bersambung)

selanjutnya, Indonesia Membangun: mewujudkan kemandirian ekonomi, menuju poros maritim dunia
Artikel Ekonomi :
Perkembangan Ekonomi Asia 2018 dan Prospek Perekonomian Asia 2017
Melihat Situasi Perekonomian Global 2018
Teori dan Konsep Dasar Negara Kesejahteraan (Welfare State)
Pertumbuhan Populasi Global beserta Permasalahannya
logo
Berbagi Ilmu Itu Indah.
  • Facebook
  • WhatsApp
  • Instagram
  • Subscribe Our Newsletter

    Related Posts

    Buka Komentar
    Tutup Komentar

    Belum ada Komentar untuk "Perkembangan Perekonomian Indonesia: paduan antara Hartah alam dan budaya dengan aneka problematika Yang wajib Kita Baca"

    Posting Komentar

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel